Rabu, 21 Desember 2011

Tania...

"Tolong..!! Tolong..!!" Tania terus berlari sambil meminta tolong. Tapi tak ada satu pun orang yang
menolongnya. Malam ini sangat sepi, udara pun terasa dingin.
Tania terus berlari, tak peduli dengan kakinya yanng sudah lelah berlari. Usahanya tak sia-sia. Di
depannya seseorang tengah berdiri membelakanginya. Tania berlari mendekatinya.
"Tolong..! Tolong saya..!" ucap Tania pada orang itu. "Ada orang yang sedang mengejar saya." Orang
itu berbalik menghadap Tania. Seorang laki-laki.
Tania menatap laki-laki itu meminta pertolongan, "Saya mohon, tolong saya. Saya sedang di kejar
orang yang tidak saya kenal. Tolonglah, tolong saya."
Laki-laki itu menatap Tania secara seksama, kemudian dia tersenyum menatap Tania, "Sudah lama

kita tidak bertemu. Apakah kau senang melihatku lagi?"

Tania menatap laki-laki itu bingung. "Kau siapa? Aku tidak mengenalmu."
"Kau tidak ingat padaku? Benarkah? Apa sudah terlalu lama kita tidak bertemu, sehingga kau tidak
mengenaliku?” laki-laki itu menatap Tania sambil terseyum, senyum yang ditunjukkan untuk
mengejek Tania.
“Maaf, saya tidak mengenal anda. Maaf, saya permisi.” Tania berjalan mundur, kemudia berjalan
cepat berusaha meninggalkan laki-laki itu.
Tiba-tiba laki-laki itu menarik tangan Tania dengan cepat, membuat Tania hampir jatuh. Tania
terkejut dengan tindakan laki-laki itu, ia menatap laki-laki itu.
“Kau mau kemana? Siapa yang bilang kau boleh pergi?” ucap laki-laki itu pada Tania.
“Lepaskan.” Tania menggerakkan tangannya berusaha melepaskan tangannya dari genggaman laki-
laki itu. Tania mundur beberapa langkah.
 “Aku sudah menunggu lama hari ini. Dan sekarang ketika hari yang kunantikan datang, apakah kau
pikir aku akan melepaskannya begitu saja? Aku tidak sebodoh itu.”
Tania menatap mata laki-laki itu, tatapannya bukan tatapan yang bersahabat. Sebaiknya ia cepat lari
dari sini apalagi ia masih dikejar-kejar orang yang tak dikenalnya. “Apa yang kau inginkan? Apa
maumu?”
“Tidak banyak yang kuinginkan darimu. Aku orang yang hidup di masa lalumu. Aku sudah
memberikan sesuatu yang berharga bagiku kepadamu. Apakah kau akan memberikan sesuatu yang
berharga bagimu kepadaku?" tanya laki-laki itu melangkah mendekati Tania, membuat jarak diantar
mereka hanya selangkah saja.
"Kau siapa?! Aku benar-benar tidak mengenalmu! Dan jangan berani macam-macam denganku! Aku
akan teriak!" Tania melangkah mundur.
Laki-laki itu tersenyum, "Suatu hari nanti kau akan ingat siapa aku dan saat itu akan mendatangimu
untuk menagih janjimu."
"Berapa kali harus kukatakan, aku tidak mengenalmu! Dan aku tidak pernah berjanji apapun
padamu! Tidak pernah!"
Laki-laki itu masih tersenyum. Senyum yang aneh menurut Tania. Senyum yang sangat misterius.
Senyum yang sangat...
BYURR!!!
"KAMU MAU TIDUR SAMPAI JAM BERAPA, TANIA?!"
"Mama..." Mama berdiri di samping Tania sambil memegang gayung yang sudah kosong. "Mama tuh
apa-apaan sih? Klo mau bangunin aku gak usah pake guyur air segala, kasur aku kan jadi basah." 
"Mama udah bangunin kamu dari tadi, tapi kamunya gak bangun-bangun. Makanya Mama siram aja
kamu pake air. Udah cepat bangun, udah siang."
"Emangnya tanaman di siram-siram? Lagian masih gelap, Ma. Aku masih ngantuk."
"Masih gelap apanya?! Ini sudah jam setengah enam! Sudah siang. Cepat kamu mandi, nanti kamu
terlambat kuliah. Sudah besar tapi susah di banguninnya." Mama beranjak keluar kamar.

TAMAT....

gak ada di lanjutanya lagi..